top of page

Uji Coba 15 Jenis Tanaman Tahan Api lokal di Flores



Kantor Puge Figo di Flores dikelilingi oleh perbukitan padang sabana yang indah, namun hampir setiap musim kemarau area tersebut mengalami kebakaran. Di bagian barat kantor kami terdapat lanskap Wolonelu, Nangge Mba’a, Molobha, Kekabhoke dan Poma Rusa, sedangkan di bagian utara ada Wololoki.


Kebakaran yang terjadi ini tak hanya disebabkan oleh bumi yang semakin panas, tapi juga karena kelalaian manusia. Meskipun setelah terjadinya kebakaran akan tumbuh tunas rumput baru yang dapat menjadi makanan bagi ternak, namun kebakaran tetap amat berbahaya bagi keseimbangan ekosistem apalagi dalam jangka panjang dan perlu upaya khusus untuk pengendaliannya.




Saat kebakaran, terjadi pelepasan karbon dioksida besar besaran ke atmosfer yang dapat berkontribusi pada pemanasan global, vegetasi yang terbakar dan tidak dapat tumbuh kembali juga dapat berujung pada kerusakan ekosistem. Selama ini, kami menanam stek gamal (Gliricidia sepium) di area-area rawan terbakar tersebut sebagai upaya restorasinya. Gamal dipilih karena jenis kayunya yang terbakar dengan perlahan. Tanaman ini juga berperan dalam mengendalikan erosi dan gulma. Gamal memiliki kemampuan kembali bertunas setelah terbakar.


Pada musim tanam 2023/24, kami melakukan ujicoba 15 jenis tanaman lokal yang dianggap memiliki resistensi baik terhadap api sebagai landasan untuk program diversifikasi tanaman tahan api yang akan kami laksanakan. Diversifikasi tanaman tahan api adalah program memperbanyak jenis tanaman tahan api lokal untuk merestorasi lanskap-lanskap yang sering terbakar. Dalam ujicoba ini, kami menanam 375 pohon (15 jenis pohon lokal, masing-masing jenis sebanyak 25 pohon). Jika kebakaran terjadi di musim kemarau nanti, kita kemudian jadi bisa menilai ketahanan masing-masing jenisnya terhadap api.


Pemilihan lima belas jenis tanaman tersebut merupakan rekomendasi dari hasil program Diagnosa Forest yang dilakukan oleh Tim Botani Yayasan Puge Figo. Ada 7 indikator pemilihan jenis-jenis tanaman tahan api tersebut antara lain.


  1. Sistem perakaran yang luas

  2. Produksi bahan mati yang terbatas/sedikit

  3. Tahan terhadap kekeringan

  4. Kadar minyak atau resin dalam batang yang rendah

  5. Adanya kemampuan untuk bertunas kembali setelah kebakaran

  6. Memiliki kulit batang yang berair dan tebal

  7. Dapat berkembang biak dengan stek atau tunas akar


Dengan mempertimbangkan indikator-indikator tersebut, dipilihlah 15 jenis yaitu Dalu (Albizia procera), Kupe (Piliostigma malabericum), Kesambi (Schleichera oleosa), Kuku (Schoutenia ovata Korth.), Kembur (Cassia fistula L.), Kedondo (Lannea coromandelica), Kembo (Morinda coreia), Bilas (Dillenia pentagyna), Rita (Alstonia scholaris), Bambu Aur (Gigantochloa apus), Sompeng (Syzygium cumini), Mamis/maja (Aegle marmelos), Dadap duri (Erythina sp.), Mangga Hutan (Magnifera indica), dan Ara Tasi.


Penanamannya dilakukan pada 30 Desember 2023 di Wolonelu oleh tim dari Divisi Reforestasi Yayasan Puge Figo. Tujuh hari setelah penanaman, dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati. Selanjutnya, tanaman-tanaman tersebut akan dipantau secara berkala. Hasil dari uji coba ini akan dianalisis dan dilaporkan dalam tiga tahap yaitu setelah kebakaran tahun 2024, 2025, dan 2026.


Rekomendasi terhadap hasil ujicoba tanaman tahan api kemudian disusun berdasarkan hasil analisa data. Rekomendasi dapat disusun bertahap sampai akhir kegiatan ujicoba tanaman atahan api. Rekomendasi yang diberikan dapat menjadi acuan dalam pemilihan dan penetapan jenis tanaman untuk kegiatan Diversifikasi Tanaman Tahan Api yang dilaksanakan oleh yayasan Puge Figo.







Comments


bottom of page